System

Shell vs Pertamina | Apakah Shell Super lebih irit ketimbang Pertamax di motor?

2 min read


            Bulan kemaren ada isu tentang kenaiakan bahan bakar, harga Pertamax untuk motor yang semula sudah mencekik kantong naik lagi OMG. Dan BOOM! Benar saja, Pertamax naik dari Rp. 12.500 ke Rp. 14.500. Walau hanya naik 2000 per liter tapi entah mengapa sungguh terasa, tiap saya isi bensin sebentar saja sudah abis aja lagi.

Catatan: Tulisan ini merupakan data yang perlu di cek ulang kevalidasiannya karena hanya berdasarkan opini belakang.

        Sat set, otak saya selalu cari solusi. Saya ingat di Jakarta tidak hanya 1 merk ada stasiun bahan bakar ada Pertamin, Shell (Belanda),  Vivo (Belanda), dan BP (Inggris). Si Shell ini cukup mejamur di Jakarta layaknya Pertamina, bahkan letaknya cukup strategis dan cukup sepi ketimbang si plat merah. Well hati, saya tergerak untuk cek berapa harga RON92 yang setara Pertamax, ternyata cukup tipis!



Tak hanya satu tapi dibeberapa situs dikatakan memang "Shell Super" memang lebih unggul 1.7% soal keiritan. Eh tapi apakah benar? Maka dari itu saya menguji dengan PCX saya.


        Teknik pengujian saya cukup simple, PCX saya dilengkapi indikator rata-rata penggunaan bensin Km/l. Dan setelah pengujian ternyata fakta tersebut tidak valid pada saya. Pengunaan bensin saya drop 0.2 point lebih boros ketimbang memakai Pertamax. Umumnya motor saya selalu stabil di 40.4 Km/l dan tidak perah bergeser turun, tapi malah naik. Oiya, selain itu ada pula perbeda rasa "gas" di motor saya. Shell terkesan lebih berat dan kurang resposif.
Ilustrasi PCX


        Kesimpulannya, menggunakan Shell Super lebih boros ketimbang Petamax, apalagi harga Shell lebih mahal dari pada Pertamax. Terkecuali darurat atau sedang mengejar waktu, saya prefer ke Shell, karena harganya sekarang hanya selisih tipis tapi antrianya tidak mengular.


Komentar
Terbaru Postingan Terbaru